dari tak ada….kemudian ada……. seterusnya menghilang…
terpupus dilenyapkan oleh sapuan waktu..
seperti itulah yang terjadi
dengan kehidupan... manusia, hewan, tumbuhan, harta, tahta…. bisa tiba-tiba
membenam dalam titah Sang Al-Baqiil.. pemilik kehidupan sejati di alam fana dan
baqa…semua akan sirna sekejap, bila diinginkan olehNya….. tak akan ada satupun
kekuatan yang mampu menghalaunya…karena takdir Dia yang mencipta….
sementara, Bagaimanakah dengan
cinta? Apakah cinta bisa bernasib serupa dengan unsur-unsur material lainnya?
Bukankah cinta tidak diciptakan dari zat yang diproyeksikan untuk tumbuh dan
berkembang? Tidakah cinta tercipta bersamaan dengan hadirnya HATI yang
merupakan bagian organ tubuh manusia? … yang bisa diretas sebagai sumbernya
rasa cinta….
ketika perasaan bahagiah dan
terluka hatilah yang berperan penting di dalam menguraikannya…
jika saja cinta adalah produk
bawaan hati sewaktu manusia diciptakan, sendirinya cinta pun akan berakhir
ketika kehidupan manusia berakhir…..
tetapi… Bagaimana dengan dikursus
bahwa ‘cinta sejati tak akan pernah mati’? Tidakah ini terlihat resisten dengan
konsepsi bahwa semua akan berakhir pada masanya dalam cengkeram takdir Illahi…
bila cinta bisa berakhir …
Dimanakah letak dari hakekat cinta sejati? Bukankah kesejatian itu terukur dari
keabadian? ,,,,
dengan begitu ketika cinta tak
mampu menjadi abadi maka tidak akan mungkin ada cinta sejati…karena seyogianya
kesejatian itu tak akan lekang termakan waktu….sementara cinta bisa pergi,
manakala dia harus pergi….. bahkan terkadang tak meninggalkan bekas sedikitpun…
…..bilapun cinta tak mampu
menjadi abadi, mengapa misalnya kita kadangkala sampai harus jatuh bangun
memperjuangkannya… toh suatu saat akan pergi juga….dan mungkin saja kepergiannya
tak berjejak sedikitpun ketika kehidupan berakhir….
atau jika bertemu dengan cinta
yang lain….pula cinta yang baru…pun seterusnya ketika cinta masih bisa menjadi
candu bagi orang-orang yang memburunya…
dan jika alasannya dengan terus
memelihara rasa cinta, sama halnya
dengan memelihara kehidupan sebagai fitrahnya kita sebagai manusia…..
jawabannya adalah sungguh keliru… karena kehidupan bisa saja ada, tanpa
hadirnya cinta disana…sebab dengan mengandalkan syahwat pun rasanya kehidupan
bisa akan terus berlanjut….
dengan demikian cinta semestinya
bukan menjadi musabab, kenapa kita ada, untuk apa kita hidup, dan mengapa kita
harus melanjutkan hidup kita…. sebab cinta baru hadir setelah terlebih dahulu
kita ada….. harusnya hidup pun bukan untuk cinta… dan sepertinya sangat naif bila
kita harus mati karena cinta….
mungkin akan lebih baik bagi kita
apabila menikmati cinta seadanya dalam tataran yang terukur…. dan rasanya kita
tidak perlu sampai harus sedu sedan
memperjuangkannya…. ini bukan persoalan bahwa kita tidak memperjuangkan sesuatu
yang seharusnya kita dapatkan…. bila itu alasannya… sungguh kita telah menjadi
egois bagi diri kita sendiri...juga kepada orang lain, karena bisa saja dia
bukan takdir kita…. dan mungkin pula kita seharusnya menjadi takdir untuk orang
lain….Bukankah itu sudah menjadi kehendakNya?....
satu lagi alasannya, kenapa kita tidak harus memperjuangkan cinta hingga
harus terkapar…karena sesungguhnya dia fana……….dan tak bisa menjadi abadi….
No comments:
Post a Comment