Pages

Thursday, January 19, 2012

cinta tak pernah salah

  • terkadang realitas kehidupan memperhadapkan kita pada pertanyaan, Mengapa kita bisa jatuh cinta? Jatuh cinta terhadap orang yang spesial yang saya maksudkan di sini..dan Apakah harus?... bila saja jawabannya bahwa dengan mencintai kita akan mampu menyempurnakan keimanan dan hidup kita seperti sunnahnya Rasul, ketika kita diciptakan untuk saling berbagi sehingga bisa menyeimbangkan hidup kita… dengan demikian mencintai mungkin menjadi suatu keharusan…

    apakah sintesa ini tidak terlalu prematur bila saja konsep berbagi menjadi satu-satunya alasan mengapa orang senantiasa mencari kesempurnaan dan keseimbangan hidup melalui media cinta… bukankah misalnya kita dapat berbagi dengan orang lain meski tanpa ada cinta di hati kita? Tidakkah memang fitrah yang telah kita miliki sejak lahir, ada yang namanya empati?... sesuatu yang bisa dinapak tilas sebagai identitas manusia di dalam kehidupan sosialnya..

    jikalau demikian jawabannya, sebenarnya dengan tanpa cinta pun kita bisa berbagi, bila alasan mencintai itu hanya untuk berbagi..

    padahal kita tahu bersama bahwa cinta tidak hanya dapat menawarkan sesuatu yang indah kepada orang-orang yang tengah mereguknya, tetapi juga keniscayaan bisa memberikan kesakitan yang mendalam, perpisahan contohnya, ditinggalkan juga, pula patah hati… dan masih banyak lagi efek buruk dari konsekuensi mencinta..

    walaupun sebagian besar misalnya orang-orang lebih memilih untuk menikmati cinta ketimbang memikirkan resiko yang mungkin saja ditimbulkan olehnya..

    ataukah di dalam benak mereka bahwa berbagai resiko yang bisa diakibatkan oleh cinta juga merupakan bagian dari indahnya cinta.. bisa saja!, atau dapat pula itu sebatas pembenaran bagi orang-orang yang terlanjur menjadi penikmat sekte cinta..

    tidak salah jika ada yang berpikir seperti itu karena cinta sendiri tak pernah salah.. cinta kadang hadir tiba-tiba, tidak pernah kita duga dan tanpa bisa kita menolaknya… dia dapat saja hadir, kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja…cinta tak mengenal strata, pun tidak mempertimbangkan latar belakang sosial dan pendidikan, juga cinta tidak melihat usia..apalagi JARAK…

    bila begitu, Apakah konsep mengenai ‘cinta itu buta’ adalah sepenuhnya benar? Jawaban dari pertanyaan ini tentunya masih sangat friksional karena bisa saja berefek bias pada penganut ideologi ini..  hal ini disebabkan aspek pembangun cinta tidak belaka soal emosional.. tapi ada unsur penting lainnya yaitu rasionalitas..unsur ini semestinya menjadi penyeimbang di dalam menguraikan ‘cinta’ yang sebenarnya, karena perasaan cinta sendiri tidak bisa menjadi ukuran, atau nisbi semata..dia bisa berkembang dan luntur kapan saja… bisa karena alasan ruang juga waktu… untuk itu dibutuhkan sebuah formula yang bisa menetralisirnya yaitu unsur rasionalitas tadi…

    sekali lagi tidak ada yang salah tentang cinta...tak boleh ada satu unsur pun yang dapat menyalahkan cinta, ini bukanlah soal tujuan pencapaian kesempurnaan hidup serta alasan berbagi… tetapi ini soal perasaan.. soal naluriah…perasaan tidak pernah dirancang untuk bertumbuh dan meredup...dia tetap akan ada meski dipaksa untuk menyangkalnya..karena ketika mencoba meminggirkannya, sama halnya kita tengah meragukan adanya kehidupan di bumi..

    demi alasan itu pula jangan pernah melarang bila ada yang jatuh cinta terhadap kita, sama halnya ketika kita tidak ingin dicegah untuk mencintai seseorang… bukankah setiap orang berhak untuk mencintai?... karena dia(subjek) tidak pernah dipaksa dan terpaksa untuk mencintai… perasaan cinta itu ada karena memang seharusnya ada…

    cinta tak akan pernah salah…

No comments:

Post a Comment