Cinta itu tulus,
Cinta itu berbagi,
Cinta itu mengerti,
Cinta itu memahami,
Cinta itu berkorban,
Cinta itu tak bersyarat, dan
Cinta itu ikhlas.
Cinta menjadi subjek disini,
bukan alat ataupun objek.
Sebagai layaknya subjek, cinta berfungsi
mengatur… mengelola jalinan emosi dan perasaan dalam diri manusia yang
membentuk satu kesatuan harapan yang kemudian setelahnya akan di-eksekusi oleh
otak.
Pun cinta dapat bertindak sebagai
pelaku; pelaku tulus, pelaku berbagi, pelaku mengerti, pelaku memahami, pelaku
berkorban, pelaku tak bersyarat, serta pelaku ikhlas.
Pada konsep ‘pelaku’ beserta
bagian-bagian yang tercakup didalamnya, terlihat jelas bahwa cinta itu ‘memberi’
dan bukan diberi.
Diawali dengan pelaku tulus dan
berakhir sebagai pelaku ikhlas, ‘cinta’ jelas mengambil posisi ‘tak berpamrih’.
Bahkan semua unsur-unsur yang
terkait di dalamnya memiliki makna yang sama, hanya saja tingkatannya berbeda,
bisa berdasarkaan ‘waktu’ juga ‘kesungguhan’.
Mengapa kategorisasi ‘pelaku’
tersebut mesti diurut? Jawabannya karena kualitas cinta terukur disitu.
Masing-masing kelas punya ‘nilai’ tersendiri… ada yang hanya pada tataran tulus
atau berbagi saja, ada yang mengerti dan memahami, pula ada yang berkorban dan
tak bersyarat, bahkan ada yang dapat mencapai kategori ‘ikhlas’.
Jadi, misalnya ada yang mengklaim bahwa dia
‘mencintai’ sementara pemaknaan ‘cinta’ yang dibangun olehnya bahkan tidak
berdasar atas satu atau beberapa unsur ‘terlaku’ di atas, itu namanya bukan
cinta.
Karena sekali lagi cinta itu
memberi, tidak mengklaim ‘memberi’ tapi benar-benar memberi… cinta itu tidak
mengenal dititipkan, dipinjamkan apalagi digadaikan, tapi diberi… cinta itu gift dari Allah untuk kita, dengan
demikian mestinya cinta juga bisa menjadi gift
untuk orang lain..
No comments:
Post a Comment